Kamis, 14 November 2013

Hikmah Didahulukan Pendengaran daripada Penglihatan Di Dalam Al-Qur'an


Bismillahirrahmanirrahim..

Taukah teman-teman, apa yang terjadi kalau manusia ga bisa melihat?? Kalau kehilangan penglihatan, maka hilanglah segalanya, hidup dalam kegelapan sepanjang waktu karena ga bisa lihat apa-apa...
Tapi nih kalau manusia kehilangan pendengarannya, maka dia masih bisa melihat. Jadi masih bisa siaga terhadap apa yang akan dilakukan atau apa yang akan terjadi padanya.


Allah Swt. ketika menyebutkan kata "pendengaran" dalam Al-Qur'an selalu didahulukan daripada penglihatan.

Sungguh, ini merupakan satu mu'jizat Al-Qur'an yang mulia. Allah telah mengutamakan dan mendahulukan pendengaran daripada penglihatan. Sebab, pendengaran adalah organ manusia yang pertama kali bekerja ketika di dunia, juga merupakan organ yang pertama kali siap bekerja pada saat akhirat terjadi. Maka pendengaran tidak pernah tidur sama sekali.


Sesunguhnya pendengaran adalah organ tubuh manusia yang pertama kali bekerja ketika seorang manusia lahir di dunia. Seorang bayi ketika saat pertama kali lahir, ia bisa mendengar, berbeda dengan kedua mata. Maka, seolah Allah ta'alaa ingin mengatakan kepada kita, "Sesungguhnya pendengaran adalah organ yang pertama kali mempengaruhi organ lain bekerja, maka apabila engkau datang disamping bayi tersebut dan terdengar bunyi, maka ia kaget dan menangis. Akan tetapi jika engkau dekatkan kedua tanganmu ke depan mata bayi yang baru lahir, maka bayi itu tidak bergerak sama sekali (tidak merespon). Ini yang pertama.

Kemudian, apabila manusia tidur, maka semua organ tubuhnya istirahat, kecuali pendengarannya. Bisa dicoba dengan letakkan tangan didepan mata orang yang tertidur (tapi ga kena) apa coba yang terjadi? Pasti tetap nyenyak dengan tidurnya. Iya kan?  Kemudian coba tepuk tangan sekali didekat telinganya. Daaan, apakah yang terjadi? Yah, pasti dia kaget dan langsung bangun sambil panik dan bilang, “Ada apa sih?”. Nah, itu yang kedua.
Sekarang yang ketiga.  Telinga adalah penghubung antara manusia dengan dunia luar. Allah Swt. ketika ingin menjadikan Ashhabul Kahfi tidur selama 309 tahun, Allah berfirman:
فضربنا على آذانهم في الكهف سنين عددا (الكهف: 11)
Maka Kami tutup telinga-telinga mereka selama bertahun-tahun (selama 309 tahun, lihat pada ayat 25 berikutnya) [Q.S. Al-Kahfi: 11]

Dari sini, ketika telinga ditutup dan tidak bisa mendengar, maka orang akan tertidur selama beratus-ratus tahun tanpa ada gangguan. Hal ini karena gerakan-gerakan manusia pada siang hari menghalangi manusia dari tidur pulas, dan tenangnya manusia (tanpa ada aktivitas) pada malam hari menyebabkan bisa tidur pulas, dan telinga tetap tidak tidur dan tidak lalai sedikitpun.
Dan di sini ada satu hal yang perlu digaris bawahi, yaitu sesungguhnya Allah berfirman dalam surat Fushshilat:
وما كنتم تستترون أن يشهد عليكم سمعكم ولا أبصاركم ولا جلودكم، ولكن ظننتم أن الله لا يعلمو كثيرا مما تعملون (فصلت: 22)
Dan kamu sekali-kali tidak dapat bersembunyi dari persaksian yang dilakukan oleh pendengaranmu, mata-mata kalian, dan kulit-kulit kalian terhadap kalian sendiri, bahkan kamu mengira bahwa Allah tidak mengetahui kebanyakan dari apa yang kalian kerjakan. (Q.S. Fushshilat: 22)
Kenapa kalimat "pendengaran" dalam ayat tersebut berbentuk tunggal (mufrad) dan kalimat "penglihatan" dan "kulit" dalam bentuk jamak ? Padahal, bisa saja Allah mengatakannya:
أسماعكم ولا أبصاركم ولا جلودكم
Pendengaran-pendengaran kalian, penglihatan-penglihatan kalian, dan kulit-kulit kalian.

Dan memang konteks ayatnya adalah pendengaran dan penglihatan (bentuk tunggal) atau pendengaran-pendengaran dan penglihatan-penglihatan (bentuk jamak). Akan tetapi Allah Swt dalam ayat di atas -yang demikian rinci dan jelas- ingin mengungkapkan kepada kita tentang keterperincian Al-Qur'an yang mulia. Maka mata adalah indera yang bisa diatur sekehendak manusia, saya bisa melihat dan bisa tidak melihat, saya bisa memejamkan mata bila saya tidak ingin melihat sesuatu, memalingkan wajah ke arah lain, atau pun mengalihkan pandangan ke sisi yang lain yang ingin di lihat. Akan tetapi telinga tidak memiliki kemampuan itu, ingin mendengar atau tidak ingin mendengar, maka kita tetap mendengarnya. Misalnya, kita dalam sebuah ruangan yang di sana ada 10 orang yang saling berbicara, maka kita akan mendengar semua suara mereka, entah kita ingin mendengarnya atau tidak; kita bisa memalingkan pandangan dan melihat siapa saja yang ingin dilihat dan tidak bisa melihat orang yang tidak ingin dilihat. Berbeda dengan telinga yang tetap mampu mendengar walaupun kita tidak mau mendengar. Paling-paling kita cuma bisa seolah-olah tidak tahu atau seolah-olah tidak mendengar suara yang tidak ingin kita dengar, akan tetapi pada hakikatnya semua suara tersebut sampai ke telinga kita, mau ga mau.

Jadi, mata memiliki kemampuan untuk memilih, sedangkan pendengaran tidak (kecuali kita pergi meninggalkan ruangan /tempat itu). Dari hal ini, maka setiap mata berbeda-beda pada yang dilihatnya, akan tetapi pendengaran mendengar hal yang sama. Setiap kita memiliki mata, ia melihat apa saja yang ia mau lihat; akan tetapi kita tidak mampu memilih hal yang mau kita dengarkan, kita mendengarkan apa saja yang berbunyi, suka atau tidak suka, sehingga pantas Allah ta'alaa menyebutkan kalimat "pandangan" dalam bentuk jamak, dan kalimat "pendengaran" dalam bentuk tunggal, meskipun kalimat pendengaran didahulukan daripada kalimat penglihatan. Maka pendengaran tidak pernah tidur atau pun istirahat. Dan organ tubuh yang tidak pernah tidur maka lebih tinggi (didahulukan) daripada makhluk atau organ yang bisa tidur atau istirahat. See? telinga tidak tidur  sejak awal manusia dilahirkan, ia bisa berfungsi sejak detik pertama lahirnya kehidupan yang pada saat organ-organ lainnya baru bisa berfungsi setelah beberapa saat atau beberapa hari, bahkan sebagian setelah beberapa tahun kemudian, atau pun 10 tahun lebih.

Dan satu lagi, mata membutuhkan cahaya untuk bisa melihat, sedangkan telinga tidak memerlukan hal lain. Maka, jika dunia dalam keadaan gelap, maka mata tidak bisa melihat, walaupun mata kita tidak rusak. Akan tetapi telinga bisa mendengar apapun, baik siang maupun malam; dalam gelap maupun terang benderang. Maka dari itulah, telinga tidak pernah tidur dan tidak pernah berhenti berfungsi.

Dan telinga pulalah yang merupakan alat pendengar panggilan penyeru pada hari kiamat kelak ketika terompet dibunyikan.

Subhanallah, MahaSuci Allah..